Minggu, 04 Mei 2008

Resensi Buku

Kiat Sehat dan Berumur Panjang
Minggu, 4 Mei 2008 | 01:15 WIB

LD GUNAWAN

Boleh jadi ini buku kesehatan langka di rak perbukuan nasional. Bukan pula jenis yang biasa terselip di ragam bacaan kesehatan khazanah rumah. Tak serupa dengan jenis buku yang menyodorkan kiat tidak lekas tua. Kiranya bukan gegabah kalau menyebut ini buku unik karena dua alasan.

Pertama, bukan tipu daya jika buku ini langsung menyihir pembaca justru ketika baru membaca daftar isi. Ada yang luar biasa terasa di halaman-halaman awal. Sudah sejak di awal buku ini memancing rasa inkuisitif pembaca ihwal bagaimana hidup bisa bugar dijalani sampai tua.

Membalik-balik halaman buku, kita menemukan lebih seratus topik. Bisa jadi ini benar layak dijadikan ”jurus”, sebagaimana pretensi judul buku, atau langkah, panduan, atau apalah. Rancang cetak-birunya demi orang segala usia dimampukan mengulur umur mereka menjadi sepanjang mungkin.

Lebih dari hanya memberi potensi pembacanya meraih umur panjang, buku ini mengusung janji memampukan orang tetap sehat sampai tua. Sebagaimana paradigma medik ihwal usia lanjut, targetnya selain berumur panjang, juga masih sehat. Kita menyebutnya cita-cita healthy aging. Berkat kecerdikan berbahasa penulisnya yang memikat, pembaca dibuat gereget tak kepingin berhenti membalik halaman berikut sejak bab pertama.

Alasan kedua mengapa buku untuk semua umur ini unik karena pembaca menemukan banyak kebaruan dalam praksis hidup sehat. Selalu muncul catatan medik baru yang mengejutkan pada tiap halaman, justru ketika orang makin sadar dan didesak mencari cara bagaimana cantiknya hidup sehat seharusnya dijalani.

Paradigma lain buat sehat

Pada bab pertama buku, ada nuansa menyederhanakan hidup sehat secara lain yang tanpa memaksa mendesak untuk disimak. Tanpa diminta, sebuah paradigma langsung menjawil minat rasa ingin tahu siapa pun pembacanya. Sebut setelah membaca topik ”Tidak Bunuh Diri dengan Sendok Garpu Kita”, misalnya, atau ”Tukar Kursi Goyang dengan Sepatu Olahraga”.

Praksis hidup sehat semacam itu yang membetot keingintahuan awam, sekaligus menyedot rasa penasaran. Itu menyebabkan pembaca tak ingin berhenti membaca karena selalu menemukan munculnya paradoks hidup sehat di sana.

Dari satu bab ke bab berikut, pembaca dibuat merasa bahwa ada yang keliru ihwal apa-apa yang orang kebanyakan lakukan terhadap tubuhnya sendiri selama ini. Mereka seperti sedang berada di pihak serba salah dan tengah tersingkir di luar bingkai kesehatan.

Mungkin tumbuh semacam perasaan takut, cemas, menyesal dalam diri pembaca, kenapa baru sekarang peringatan (warning) seperti itu dibeberkan dengan gamblang. Peringatan yang sepantasnya sudah sejak dahulu diberikan secara formal di sekolah maupun informal dari media massa, juga koreksi terhadap pola dan gaya hidup tidak sehat yang selayaknya sudah dikerjakan sejak dulu.

Tubuh manusia memendam potensi bertahan hidup lebih lama dari yang kita sangka. Pada tingkat biologis, mengulur umur menjadi sepanjang mungkin, seperti pesan penulis buku, tergantung seberapa besar upaya keras kita menempuh perjalanan umur masing-masing.

Buku ini berangkat dari studi ihwal tubuh manusia dirancang berpotensi diulur sampai 120 tahun. Dunia ilmu meniscayai kalau itu bukan sesuatu yang absurd. Sampai di sini pembaca kian kuyup dibuat penasaran ingin terus membacanya.

Penulis dengan cekatan mengungkap kalau dunia kedokteran banyak belajar dari bagaimana orang zaman dahulu melakoni hidup. Di situ mula berangkat buku ini. Kesan lebih menukik terpetik seperti dari topik ”Melompat ke Meja Makan Nenek” bahwa untuk menjadi sehat ternyata sederhana.

Deras pula dituturkan kalau para dokter di dunia tergugah kembali belajar dari kesalahan modernisasi yang sudah menggoda dan secara dahsyat membelokkan setir hidup sehat rata-rata orang sekarang. Kekeliruan yang boleh jadi fatal, namun telanjur menjerumuskan orang makin berisiko jatuh sakit, lalu mati muda.

Dunia medik sibuk mengobati di hilir, tetapi tidak mencegat penyakit sejak di hulu. Buku ini berpretensi mengajak pembaca untuk membiasakan diri tekun bersibuk di hulu. Hanya dengan cara begitu penyakit yang tak perlu terjadi dapat dicegah sehingga ongkos dokter bisa lebih diirit.

Kedokteran pencegahan

Buku ini tak lagi nyinyir berbicara soal penyakit seperti kebanyakan buku kesehatan bagi awam. Tidak lagi sibuk mengurus ihwal penyakit bila sudah telanjur jatuh sakit. Tekadnya penuh demi mengangkat kiat dan pilihan sikap yang perlu dilakukan sepanjang aktivitas keseharian, apa pun karier dan jenis pekerjaan seseorang agar tak perlu sampai jatuh sakit.

Itu pula kelebihan buku ini. Sikap profesi yang tergolong langka dalam praksis layanan medik di belahan dunia mana pun. Sesuatu yang bukan saja tidak dikerjakan oleh rata-rata profesional dokter, tidak juga oleh pihak rumah sakit, ketika industri medik menafikan moral saat menolong orang sakit. Ini pula angin baru pada zaman layanan medik dunia bukan dijalani sebagai bentuk bisnis moral lagi. Buku ini juga lancar berbicara ihwal sikap medik berbeda dari yang selama ini rata-rata kalangan medik melumrahkan yang tak jamak itu.

Lebih dari itu, kalau diamati seperti penyajian buku-bukunya yang terdahulu, buku ”Sehat Itu Murah” yang best seller dan konon dalam setahun cetak ulang tujuh kali pada tahun 2007, Handrawan Nadesul, sebagai seorang dokter, piawai meramu, selain cekatan menulis ringkas, lugas, sederhana, dan enak dibaca pula. Tidak letih kita membacanya seolah tengah menikmati novel ringan belaka. Bagi kedokteran awam, buku ini barangkali sebuah gebrakan.

Setelah membaca isi buku seluruhnya, bagaimana hidup rata-rata awam sekarang, terasakan benar sebagai kebiasaan yang sudah serba keliru. Boleh jadi ini masalah nasional yang di kacamata penulisnya—yang sekian lama malang melintang mengasuh rubrik kesehatan di banyak media massa— merupakan kondisi yang sungguh mencemaskan.

Struktur usia tua

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penduduk dunia tahun 2050 akan menggemuk pada kelompok usia tua. Populasi di atas umur 60 tahun berlipat tiga kali. Yang berumur di atas 80 tahun berlipat empat kali. Dunia akan didominasi oleh kelompok usia tua. Pada saat yang sama penduduk negara maju semakin susut. Apa artinya ini bagi sebuah negara kalau orang berhasil hidup semakin lama, tetapi nyatanya tidak sehat dan sakit-sakitan?

Artinya bahwa proyeksi layanan medik dan kesehatan akan semakin bergeser pada kelompok lansia yang mengisi sebagian besar populasi. Bagi negara, ini beban tersendiri karena usia tua umumnya menjadi terminal tempat beragam penyakit yang kebanyakan berlangsung menahun (chronic) jika yang tak perlu terjadi itu gagal dicegah.

Rata-rata usia lanjut kita memikul penyakit menahun yang mestinya tak perlu terjadi kalau paradigma hidup sehat yang benar dikuasai semua orang. Sebab, jika tidak, diproyeksikan dalam sepuluh tahun ke depan hampir empat ratus juta jiwa orang usia lanjut yang sakit-sakitan di dunia akan mati prematur (Sydney Resolution, 2008).

Meningkatnya populasi tua tetapi sakit-sakitan berarti membengkaknya biaya tanggungan yang harus dipikul negara nanti dan itu menjadi masalah nasional tersendiri. Misi buku ini secara tersirat hendak meringankan kecemasan dunia, setidaknya buat masyarakat kita, yang proyeksi populasinya akan disesaki oleh usia sepuh juga.

Demi meminimalkan ongkos tanggungan negara oleh kewajiban membiayai populasi uzur yang acap bermasalah itu, setiap generasi perlu dipersiapkan untuk melakukan upaya pencegahan. Upaya agar hari tua yang tetap berkualitas dan produktif bisa terus diulur, tak harus dirundung penyakit.

Kekurangan dan kelebihan

Sebagai sosok, buku ini sudah lengkap. Kekurangan buku ini dalam hal penataan letak dan besar huruf yang kurang ramah dibaca oleh yang sudah uzur. Perlu dipilih huruf yang cukup besar agar mereka yang uzur dapat mudah dan tak cepat letih membaca. Nuansa buku sendiri tidak cukup memberi kesan sebagai suasana menuju senja kalau penekanannya pada kelompok masyarakat senja (sunset community).

Kalau boleh disebut, kekuatan lain buku ini adalah disajikan ringkas dan penuh muatan wawasan kesehatan mutakhir. Membaca catatan yang ditulis para senior kepada penulisnya meneguhkan kalau buku ini cocok mengantarkan pembaca mengubah paradigma lamanya demi sukses melakoni hidup sehat sampai tua.

Bukan menjadi sehat sekadar dengan biaya murah belaka, melainkan ada janji tanpa ongkos, seperti dituturkan dalam catatan Prof Kisjanto, seorang ahli jantung. Selain itu buku ini sengaja dirancang tampil hardcover mungkin karena diyakini nasib buku akan berkali-kali dibolak-balik, sosoknya tak lekas lapuk kendati dibaca berulang-ulang.

Silakan Anda membacanya. Anda akan menemukan sejuknya warna biru langit pada latar setiap halamannya. Terlebih lagi bertumpuk-tumpuk manfaat buku akan terpetik melebihi uang yang sudah Anda belanjakan untuk membelinya. Ditambah lagi kalau ingat andai kita sudah telanjur jatuh sakit.

Rasanya bukan sesuatu yang absurd apabila setiap yang membaca buku ini akan meraih cita-cita nikmat hidup sehat sentosa. Bonus lebih yang diberikannya, setiap pembaca berpeluang menikmati hidup sampai di paling ujung ”usia emas”-nya, seperti janji penulis sejak di awal halaman pertama bukunya. Selanjutnya, tinggal tergantung apakah Anda mau melakukannya?

LD Gunawan Mantan Direktur Rumah Sakit, Pemerhati Kesehatan

Tidak ada komentar: