Minggu, 04 Mei 2008

Buku Baru

Warisan Makassar-Bugis

Pakacaping merupakan salah satu musik tradisional di masyarakat Sulawesi Selatan. Dari sisi estimologis pakacaping merupakan gabungan dari pa (pemain) dan kacaping (kecapi), yang berarti pemain kecapi. Bentuk musik vokal instrumental ini dimainkan oleh satu orang atau lebih secara berpasangan. Dalam pertunjukannya, pemain kecapi memainkan instrumen melodis yang disebut kecapi sambil melantunkan syair lagu yang disebut kelong dengan cara sibali-bali (berbalas-balasan).

Awalnya pakacaping merupakan permainan untuk menghibur diri sendiri di waktu senggang. Pemain kecapi menikmati kobbi’-kobbi’na (petikan-petikannya sendiri) tanpa ada kebutuhan pendengar. Dalam perkembangannya, pakacaping menjadi seni pertunjukan dalam berbagi konteks adat istiadat assua’-sara’ (keramaian), seperti dalam konteks a’mata-mata benteng (menjaga tiang rumah semalam suntuk), pesta perkawinan, sunatan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pesta adat kehidupan dan budaya etnis Makassar di Gowa.

Diilhami oleh bunyi getaran tali layar perahu yang diterpa angin, pelaut Makassar-Bugis membuat instrumen musik kacaping. Bentuk dan nama instrumen kacaping merupakan perubahan bentuk dan nama dari kancillo atau kanjilo yang berbentuk perahu. Kanjilo terbuat dari batok tempurung kelapa sebagai ruang resonansi yang diberi tali atau senar.

Melalui pendekatan Etnomusikologi, penulis membahas pakacaping dari perspektif teks dan konteks untuk melihat eksistensi dan perkembangan musik tradisional itu pada etnis Makassar di Gowa, Sulawesi Selatan. (DRA/Litbang Kompas)

Keseimbangan Hidup Menurut Semler

Keseimbangan hidup merupakan dambaan setiap orang. Keseimbangan antara dunia profesional dan kehidupan pribadi yang berkualitas melatari konsep kerja Semler Company (SEMCO). Konsep ini ditularkan Ricardo Semler sejak menggantikan sang ayah sebagai CEO. Konsep ini pula yang mendasari terjadinya demokratisasi di SEMCO. Seorang tukang sapu di SEMCO sekalipun memiliki hak suara serta berhak hadir dalam rapat laporan keuangan. Keterbukaan informasi melahirkan rasa memiliki dan keinginan berkarya secara kontinu. Semangat inovasi dan skeptis lewat pertanyaan ”mengapa?” membawa SEMCO meraih pendapatan dari 35 juta dollar AS menjadi 160 juta dollar AS dalam enam tahun terakhir.

Ricardo memandang kebebasan dan kepuasan karyawan berada di atas tujuan perusahaan. Pertumbuhan organisasi yang mengarah pada perolehan laba terjadi alami apabila setiap karyawan senantiasa tertantang, bersemangat, dan produktif tanpa adanya tekanan yang tidak perlu. Tekanan yang tidak perlu, menurut Ricardo, dapat berupa jam kerja yang kaku, struktur organisasi, bahkan pengawasan akan gaya berpakaian. Pengawasan yang sedikit justru meningkatkan kemampuan inovasi bahkan mengeluarkan individu dari belenggu rutinitas kerja. Teknologi juga harus dipandang sebagai alat yang mempermudah kehidupan bukan merampas waktu luang. Karyawan tidak perlu merasa bersalah ketika siang hari menonton permainan sofbol dan mulai bekerja di depan laptop sambil menemani buah hati pada pukul 21.00 hingga 05.00. Mereka bahkan tidak perlu malu melakukan conference call dengan klien sambil menikmati alam pegunungan meski harus sibuk mencari dokumen dalam tumpukan peralatan ski. (STI/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar: