Minggu, 04 Mei 2008

Buku Baru


Minggu, 16 Maret 2008 | 00:58 WIB

Masa Depan Generasi ”Gamers”

Riset yang dilakukan John C Beck dan Mitchell Wade mengenai dampak video game dalam dunia nyata, awalnya dimulai dengan penuh kecemasan dan sejumlah prasangka. Semenjak diciptakan, video game menjadi momok bagi orangtua. Namun, hasil temuan dari riset yang dilakukan di Amerika Serikat ini cukup mencengangkan. Sebanyak 90 juta generasi baru yang tumbuh dengan bermain game menunjukkan kemampuan bekerja yang lebih baik, lebih berprestasi, memiliki rasa sosial yang tinggi, lebih setia kepada tim, dan pengambil keputusan yang andal dalam dunia kerja.
Bab demi bab dalam buku ini mengupas rahasia di balik fenomena lahirnya generasi gamers. Banyak hal yang dapat dipelajari dari perkembangan teknologi ini. Bagaimana video game mengubah cara pandang generasi ini terhadap dunia bisnis, termasuk cara mereka berpikir tentang pekerjaan, risiko, kesuksesan, dan apa yang mereka harapkan dari diri sendiri. Dengan pengelolaan yang tepat, para gamer dapat menularkan nilai-nilai positif kepada lingkungan kerja, bahkan mengubahnya.
Dunia game, yang terlihat seperti ajang penyia-nyiaan waktu, ternyata adalah markas pelatihan jutaan profesional muda yang berpotensi besar menciptakan kesuksesan bagi masa depan bisnis. (DEW/Litbang Kompas).

Kisah dan Karya Des Alwi

Publikasi Des Alwi berikut menceritakan perjalanan hidupnya dimulai dari soal kehidupan keluarga dan masa kecilnya di Neira, Banda, penjajahan Jepang di Banda yang membuat Banda ditinggalkan sebagian besar penghuninya, hingga keterlibatannya dalam aktivitas revolusi Indonesia.
Perkenalannya dengan Hatta dan Sjahrir, yang dipanggilnya dengan sebutan paman, membawa Des menjadi salah satu pribadi yang terlibat dalam aktivitas perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Persentuhan Des dengan tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan nasional bermula pada tahun 1934 ketika pemerintah kolonial Belanda membuang Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir ke Boven Digul (di Merauke), kemudian berlanjut dengan pemindahan keduanya ke Banda pada tahun 1936. Pembuangan kedua tokoh ke Banda membuka cakrawala Des muda. Des mulai mengenal makna perjuangan dan gerakan bawah tanah melawan penjajah. Berbagai buku milik Bung Hatta dan Sjahrir menjadi santapan yang sangat ia nikmati. Bahkan, ketika kedua tokoh tersebut pindah ke Jakarta, Des berusaha mencari cara untuk menyusul ke Jakarta. Posisi Radio Communication Officer memberinya kesempatan turut berperan saat proklamasi kemerdekaan RI hendak disiarkan di radio. Pascaproklamasi kemerdekaan, Des menunjukkan kiprahnya di Radio Indonesia. Pada era selanjutnya, karya Des dalam bidang diplomasi menjadikannya sebagai salah satu penerima Bintang Maha Putra pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri. (SHS/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar: