Sabtu, 05 Juli 2008

Menyibak Arti Menjadi Hamba dan Mitra Allah di Bumi


Dalam diri kita terdapat cahaya suci (nurani) yang senantiasa ingin menatap Yang Mahacahaya (Tuhan). Karena dalam kontak dan kedekatan antara nurani dan Tuhan itulah muncul kedamaian serta kebahagiaan yang paling prima. Dahaga dan kerinduan mendekati Tuhan ini bukanlah hasil rekayasa pendidikan (kultur) melainkan fitrah (natur) manusia yang paling dalam.

Agama hadir, tutur buku ini, untuk mendampingi manusia supaya mereka tidak salah dalam mengembangkan fitrah (bakat bawaan)-nya itu. Rangkaian ibadah merupakan kurikulum suci yang sengaja dirancang Tuhan Yang Mahakasih untuk memelihara kesucian dan keagungan ruhani kita. Dalam bahasa Alquran, agama laksana cahaya yang mengusir kegelapan dan menunjukkan jalan terang. Ia juga bagaikan curahan air yang memberikan kesejukan dan kehidupan.

Secara renyah tapi mendalam, buku ini mengulas tiga tahapan seorang mukmin dalam mendekat kepada Allah—Sumber segala kehidupan: ta‘alluq (berusaha mengingat dan mengikatkan kesadaran hati dan pikiran kita kepada Allah); takhalluq, secara sadar meneladani sifat-sifat-Nya; dan tahaqquq, tumbuh menjadi transmitter (pemancar) sifat-sifat-Nya yang mulia. Melalui tiga tahapan ini, seorang mukmin akan mencapai derajat khalifah Allah dengan kapasitasnya yang perkasa tetapi sekaligus penuh kasih dan damai. Seorang ‘abdullâh (hamba Allah) yang saleh adalah sekaligus juga wakil-Nya untuk membangun bayang-bayang surga di muka bumi ini.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Ketika sebuah buku bicara tantang psikologi ibadah, hal pertama yang terbayang di benak kita ialah menyangkut dengan soal perilaku. Perilaku manusia sangat beraneka ragam. Bisa misalnya dalam wujud rasa takut. Rasa takut kebada Allah menurut saya merupakan salah satu bentuk ibadah juga. Lantaran secara psikologis, orang akan berperilaku menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Anonim mengatakan...

Ketika kita hendak membeli buku, bagaimana seharusnya sikap kita dilihat dari konteks Psikologi Ibadah. Saya berharap bisa mendapat informasi tentang pertanyaan ini. Baik dari forum diskusi di komunitas Klub Haus Buku, maupun dari Penerbit buku Psikologi Ibadah ini. Atau kalau mungkin dari pendapat umum dan ahlinya. Terima kasih